MENYAPA MANUSIA DIBALIK SOCIAL MEDIA - DAY 1




Akhir pekan adalah waktu yang paling ku nantikan apalagi sejak ribetnya persiapan audit di kantor akhir - akhir ini. Tanggal 8 Desember 2018 memang sudah direncanakan sekitar sebulan sebelumnya untuk acara meet up camp Travel Culture Indonesia yang berlokasi di Candi Gedong Songo.

Biar ku perkenalkan sedikit dulu tentang Travel Culture Indonesia atau yang biasa kita singkat TCI. Ini adalah komunitas para instagram traveler. Sejauh ini membernya adalah para travel instagramer dari Jateng & DIY. Selama ini kita hanya bertegur sapa lewat sosial media. Diadakan acara ini agar bisa saling mengenal tak hanya lewat dunia maya.

Kita mulai cerita keseruan acaranya

Tanggal 8 Desember pagi hari, aku bangun jam 4 Pagi saking semangatnya. Padahal alarm di hp ku set pukul 05.30 dan kalau hari sabtu biasanya aku hobi memencet tombol snooze  berulang kali. Aku langsung bangun dan mengemas barang - barang yang akan ku bawa, mulai dari sleeping bag, baju ganti, sandal, sepatu, jaket, dll sampai tasku penuh.

Mempertimbangkan lokasi yang berada di gunung dan area wisata plus musim hujan, (sepertinya) untuk pertama kalinya aku minta di jemput di kos dan tidak membawa motor sendiri. Untungnya member lain berbaik hati mau jemput. Sekitar pukul 12 siang, aku mendapat pesan WA "halo, pesanan gojek atas nama okta sudah sampai di depan kos" dari akun WA bernamakan  Mbak Rizka. Pas keluar, yang jemput mas - mas bertiga. Kalimat yang langsung muncul adalah "Oh.. Rizka nama pacarnya ya mas ?" dia jawab, memang itu nama pemberian orang tuanya. -Oh, Maaf.

Singkat cerita, kita berangkat ke meeting point di pom bandungan. Sampai sana sudah ada beberapa orang lain yang sudah datang. sambil menunggu yang belum datang, kita ngobrol - ngobrol dan saling berkenalan. Tiba - tiba, Hujan datang. Waduh, gimana mau camping kalau hujan begini ? pikirku. Tapi untungnya beberapa yang lain menenangkan, dan semoga hujannya berhenti sore ini agar malam nanti dan besok pagi acara kita berlangsung lancar. Hujan agak mereda dan beberapa peserta masih belum datang ke meepo. akhirnya kita yang sudah ada berencana berangkat dulu dan 2 / 3 orang saja yag menunggu peserta yang belum datang.

Saat sudah memakai helm dan bersiap berangkat, hujan datang lagi! huh. kita kembali berteduh dan batal berangkat. Sudah 2 kali seperti itu, sampai akhirnya nekad menerobos hujan. Akhirnya rombongan sampai di Candi Gedong Songo. Setelah panitia mengurusi tiket, kita masuk untuk menuju lapangan yang berada diantara candi 4 dan candi 5.dari loket maju sekitar 200 meter saja sudah sampai di candi pertama. Ku perkirakan untuk sampai di candi 5 hanya perlu berjalan 5 kali lipat dari ini.



Dari candi 1 maju terus, ada persimpangan belok kiri. Setelah belokan ini, lumayan sepi berbeda dengan area Ayana dan sekitar candi 1. mengikuti jalan ini, terlihat jalanan menurun dan agak berbelok. Mungkin lokasinya dibawah situ, pikirku. Ternyata salah, disitu hanya ada toilet umum. Terlihat jalanan di depan indah sekali, tangga Tinggi menjulang dan berkelok - kelok seperti di drama - drama korea, atau tembok cina di bayanganku. Wah, salut sama yang memilih lokasi dengan pemandangan seperti ini, kataku dalam hati. 

Aku berjalan sendiri karena teman - teman lain berjalan lumayan cepat dan aku tidak bisa mengikuti. Sebetulnya mereka baik, mau menunggu. Tapi kasian juga kalau mereka memaksakan pelan. Jadi mereka jalan lebih dulu. lagipula kupikir tadi masih ada rombongan lain yang dibelakangku, pasti nanti akan menyusul. Ternyata rombongan yang dibelakangku lewat jalur lain. Shit Lah!

Terdengar teriakan dari jauh "Okta..ayo semangat!" kutengok kanan - kiri, belakang nggak ada orang. ternyata suara itu berasal dari Mas Dhef, Elys, dan Wisna yang sudah berada di setengah bagian tangga yang kuceritakan tadi. harus jalan sampai sana ? Kakiku mendadak lemas. Balik aja deh! -inginnya. Tapi akhirnya aku memaksakan untuk terus jalan. Mereka menunggu hinga aku sampai baru kita melanjutkan perjalanan. Tujuan kita berada di balik bukit itu. Jadi kita harus sampai puncak,  lalu belok kanan dan mengikuti turunan baru sampai. Saking lemahnya, sampai sampai barang bawaan dan tasku dibantu dibawakan. Jadi aku naik tidak membawa barang apapun. Itupun, jalanku masih palig lambat. 

Singkat cerita, setelah lama sekali jalan dan berasa hampir mati kehabisan napas, kita sampai di camp area. Sudah ada beberapa yang datang dan bersiap - siap mendirikan tenda, menyiapkan makanan, membuat api unggun, dll. Setelah istirahat sejanak aku membantu membangun tenda, sekalian latihan membangun rumah tangga. Eh, salah. latihan membangun tenda juga maksudnya. kali aja kedepannya mau camping sendiri kan ?



Tak terasa, maghrib tiba. kita berombongan menuju ke kamar mandi untuk berwudhu. Kita harus jalan menuruni bukit lalu sedikit naik bukit lagi untuk sampai ke kamar mandi terdekat dengan hanya mengandalkan senter karena tidak ada lampu jalan. Bahkan di kamar mandinya pun tak ada penerangan sama sekali. Setelah buang air, wudhu, dll, kita kembali jalan ke area camp untuk sholat. Jujur, rasanya menyenangkan dan menenangkan sholat dengan udara dingin di alam terbuka. Didepannya hutan dengan suara angin yang berhembus dan udara dingin. Lebih berasa dekat dengan Tuhan.

Setelah itu, aku hendak membatu tim konsumsi yang sedang bekerja menyiapkan makan malam untuk kita semua, tapi sepertinya aku hanya merepotkan. Lalu aku berpindah ke api unggun untuk menghangatkan badan. Beberapa orang juga ke api unggun untuk menghangatkan badan. Tim konsumsi masih sibuk bekerja di dapur, lalu tim acara meminta semua peserta berkumpul ke api unggun untuk memulai perkenalan. Malam itu, terungkaplah semua wajah asli dibalik akun instagram dan akun WA yang selama ini saling bertegur sapa dalam sosial media. Setelah berkenalan dilanjut acara sharing dan pemberian beberapa penghargaan. sayang, dari beberapa kategori, satupun aku tak menang.

Karena terlihat semua orang sudah kelaparan, dan makanan sudah siap, kita langsung makan malam bersama sambil ngobrol - ngobrol sambil berharap mendapatkan jodoh ilmu - ilmu baru. Selesai makan, acaranya bebas. Beberapa ada yang bernyanyi - nyanyi dengan gitar yang senarnya putus satu tapi tetap asyik, ada yang memasak cemilan, membuat kopi, main kartu, dan ada juga yang langsung tidur. Aku ? aku mencoba ikut menyanyi nyanyi, tapi takut suaraku akan menambah 3 senar lain putus. Mencoba ikut menggoreng camilan takut gosong, jadi ikut makan saja. Membantu membuat kopi, sudah jadi tinggal minum. Mau ikut main kartu, nggak bisa. Jadi aku tidur saja. Walaupun sebenarnya hanya untuk meluruskan kaki dan memejamkan mata, pikiran masih kemana - mana.

Nah, karena ceritanya lumayan panjang, jadi untuk part 2 bisa lanjut baca disini


Komentar

Postingan Populer